Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2017
Isu ekonomi bisnis terus melekat dalam industri pendidikan di tanah air. Biaya pendidikan terus melonjak seiring kebutuhan lembaga pendidikan masyarakat.
Masyarakat sangat butuh pendidikan, lantas seperti apa potret celah berbisnis pendidikan di tanah air ?
Masyarakat sangat butuh pendidikan, lantas seperti apa potret celah berbisnis pendidikan di tanah air ?
Pendidikan menjadi sebuah keniscayaan bagi sebuah negara, ketika ingin memajukan sebuah negara maka jangan lupa untuk melakukan sebuah sistem yang bisa memacu target-target pertumbuhan ekonomi melalui sistem pendidikan.
Berdasarkan data yang di release oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
rata-rata biaya pendidikan di Indonesia mencapai 10% pertahun. Menurut sebuah lembaga yang bernama “ZAP
Division Research” mengadakan sebuah penelitian dan bahkan menunjukkan
peningkatan untuk biaya pendidikan sebesar 15% pertahun.
Dalam ilmu ekonomi ada Supply (ketersediaan) dan Demand (permintaan). Data BPS juga menunjukkan, tidak hanya
sekolah formal saja yang diuntungkan dengan Demand yang tinggi tersebut. Supply tersebut yang terbatas ditengah
populasi yang terus meningkat demand juga akan semakin naik, sehingga ketika
demand tersebut lebih besar dari supply maka akan mengerek naik harga biaya
pendidikan.
Menurut data BPS, Perusahaan Pendidikan pada tahun 2016 (Sekolah
Formal dan Kursus Pendidikan lainnya), yang paling terbesar masih berada di
pulau jawa yaitu sebesar 56,56%, diurutan kedua berada di pulau Sumatera yaitu
sebesar 22,03%, dan diikuti beberapa wilayah lain seperti Bali, Maluku, Papua,
Sulawesi dan Kalimantan. Dan yang paling
terkecil yaitu berada di wilayah Maluku dan Papua, yang akan menjadi pekerjaan
rumah (PR) bagi Pemerintah Indonesia atau juga pengusaha yang ingin melakukan
bisnis pendidikan di wilayah tersebut.
Berdasarkan data bulan April 2017 pada Direktorat Pembinaan Khusus dan
Pelatihan – Kemendikbud, terdapat 5 kategori Lembaga Kursus dan Pelatihan
terbanyak di Indonesia, yaitu :
-
Komputer : 6.057 LKP
-
Bahasa Inggris : 4.728 LKP
-
Menjahit : 3.283 LKP
-
Tata Kecantikan Rambut : 1.940 LKP
-
Bimbingan Belajar : 1.866 LKP
Dari data Manulife Investment Index
Study 2016 menunjukkan bahwa, ternyata apa yang dipikirkan oleh investor
dan juga yang dipikirkan oleh banyak
masyarakat, dengan melihat Prioritas Keuangan Investor, yaitu :
-
Tabungan Pendidikan : 29 %
-
Simpanan Dana Pensiun : 24 %
-
Biaya Kesehatan :
11 %
-
Dana Darurat :
9 %
-
Properti :
5 %
Sebagai contoh misalnya, masyarakat yang memiliki penghasilan bulanan
sebesar Rp.10.000.000,- maka masyarakat akan
mengalokasikan investasi pada tabungan pendidikan sebesar 29%, yaitu sebesar
Rp.2.900.000,-.
Kita juga jangan melupakan bonus demografi negara Indonesia yang cukup
signifikan, yaitu dengan perkiraan pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia
akan mencapai 285 juta jiwa, dan pada tahun 2035 diperkirakan jumlah penduduk
Indonesia akan bertambah naik mencapai 305 juta jiwa. Jumlah penduduk 305 juta jiwa tersebut yang
sangat besar hanya akan menjadi beban jika usia produktif penduduk tidak
diimbangi oleh pendidikan yang memadai, tidak harus mahal tetapi paling tidak
pemerintah harus tahu persis akan diapakan populasi penduduk sebesar itu
?. Apakah bonus demografi akan menjadi
beban, atau justru harusnya menjadi modal Indonesia take-off menjadi negara
industrialisasi ?.
Editor : Kaharudin
Sumber : Youtube - CNN Indonesia
0 comments:
Post a Comment